Cinta
Chatting
Oleh Maya
Febrika Yuliani*
Sinar bulan purnama
seakan melihatkan senyumnya, gemerlip bintang menemani sunyinya malamku. Kududuk
termenung di antara dua jendela kaca
yang sedang terbuka. Lamunanku terhenti ketika terdengar suara yang menyapaku
“Hey Ki, Kenapa kamu disini”
“Eh kamu Li, kamu mengagetkan aku saja”
jawabku sembari mengelus-elus dada.
“Kamu kenapa malam-malam disini?”
“Tidak apa-apa, aku hanya menikmati
gemerlip bintang yang seakan menari di langit.”
Serli
adalah teman dekatku di asrama dan di kelas, dia juga adalah teman yang sering
mendengar lontaran curhatku dan kami memiliki hobi yang sama yaitu mencari hal
yang baru di media sosial.
“Kenapa kamu kesini Ser?” tanyaku kepada
Serli yang saat itu sedang duduk di sampingku
“Aku bosan di kamar, jadi aku kesini. Oh
iya Ki, kemarin aku menemukan aplikasi baru di internet, kita coba yuk!”
“Ayo” sembari menyeret tangan Serli
keluar kamar asrama.
Setelah
berjalan sebentar akhirnya kami sampai di asrama Serli yaitu asrama D.Serli
langsung menuju lemari kecil miliknya untuk mengambil laptop dan aku duduk
manis di atas ranjang biru yang dihiasi banyak boneka di sudut ranjang itu yang
merupakan tempat tidur Serli. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB malam, aku
semakin penasaran sebenarnya aplikasi apa yang baru ditemukan Serli.
“Lama sekali Li, hari sudah malam ni”
“Sebentar Ki, besokkan kita tidak
belajar di sekolah” jawab Serli sembari mencari-cari aplikasi yang baru didownloadnya semalam.
Kebetulan
besok adalah hari pertama kami clasmeeting
karena setelah seminggu penuh kami menjalani ujian semester, dan keadaan
seperti itulah yang sangat ditunggu-tunggu pelajar di Indonesia.
“Nah ini dia aplikasinya”
“Mana,mana” sembari mendekati Serli.
Ternyata nama aplikasi itu adalah skype. Skype ini merupakan aplikasi yang
bisa menghubungkan kita dengan orang lain dan langsung bisa melihat wajah orang
tersebut. Setelah kami mengotak-atik aplikasi tersebut, akhirnya kami bisa
menggunakan aplikasi itu. Jam berdering menunjukkan bahwa sudah pukul 00.00
WIB, tak terasa pinggangku sudah mulai sakit, dan mataku sudah mulai mengantuk.
Aku memutuskan untuk tidur di asrama Serli, karena sudah tidak sanggup lagi
melangkah keluar.
Matahari
mulai menampakkan sinarnya, tak sabar lagi rasanya bagi aku dan Serli untuk memberitahukan
aplikasi yang baru kami temukan kepada Rin dan Emi. Mereka berdua adalah teman
sekelas kami dan memiliki hobi yang sama dengan kami, tetapi mereka tidak
tinggal di asrama melainkan tinggal di rumah masing-masing. Rin dan Emi sangat
antusias mendengarkan cerita Serli yang membuat mereka sangat penasaran. Setiap
malam aku dan Serli menggunakan skype,
yang membuat kami kadang-kadang tidur jam 02.00 WIB pagi. Keesokan harinya
Serli membawa laptopnya ke sekolah untuk memberitahukan aplikasi yang baru
mereka temukan kepada Rin dan Emi, pada saat yang bersamaan Emi memberi tahu
kalau dia semalam mendapat kawan baru dari jejaring sosial, namanya Edo.
Setelah mengetahui bahwa aplikasi yang baru itu adalah skype Emi baru ingat kalau Edo juga mempunyai skype. Sehingga Emi mempunyai rencana untuk mengajak Edo skype-an, dan dia mengajak Rin untuk
tidur di asramaku besok malam.
Malam
yang ditunggu-tunggupun tiba. Emi,Rin, dan Serli sangat penasaran dengan cowok
yang namanya Edo. Sedangkan aku dengan asiknya membaca novel sambil merebahkan
tubuh di kasur berwarna kuniang milikku.
“Kamu kenapa Ki senyum-senyum sendiri”
sentak Serli mengagetkanku
“Tidak, ini ceritanya lucu” sembari
melontarkan senyuman tipis dari bibir mungilnya.
Setelah beberapa lama
menunggu akhirnya mereka bisa melihat langsung wajah Edo. Malam semakin larut,
bintang-bintang mulai mengantuk dan bulanpun seakan ingin kembali ketempatnya.
Namun, disisi lain mereka masih asiknya chattingan dengan Edo. Aku yang pada
dasarnya memang wanita yang cuek, akupun tidak menghiraukan kelakuan ketiga
temanku.
“Ki, sini sebentar” ajak Rin
“Tidak ah”
“Ah Kiki, ayolah sini!” sembari
menghampiri Kiki ke tempat tidurnya
“Apa?” jawabku dengan mengerutkan kening
“Hai” sambung Edo seraya menyapaku
Aku langsung terkejut dan langsung
berlari menuju tempat tidurku kembali.
Ketika
Edo melihat Kiki, ia merasa jatuh cinta kepada pandangan pertama. Ia bertanya
tentang Kiki kepada Serli. Semenjak kejadian malam itu Edo semakin sering
menghubungi Serli dengan maksud ingin berbicara dengan Kiki. Melihat keseriusan
Edo, aku pun merasa tidak sampai hati jika harus tetap cuek padanya. Maka aku
berusaha untuk menghargai Edo dengan berbicara kepadanya dan setelah berbicara banyak dengan Edo, aku pun baru tahu kalau Edo adalah orang yang
asik.
Menit berganti menit, jam berganti
jam, bahkan hari berganti hari tak terasa sudah seminggu aku berhubungan dengan
Edo yang tidak tahu kejelasan kebenarannya. Suatu malam yang dingin aku duduk
di bangku kecil berwarna putih dengan lambaian rumput ilalang bergoyang diterpa
hembusan angin yang ikut menemani kegundahan hatiku. aku terkejut ketika suara
ibu asrama memanggilnya untuk makan malam
“Ki, ayo makan!”
“Oh
iya bu”
Kulihat
banyak makanan di meja besar tempat aku dan teman-teman biasanya mengisi perut
untuk bertahan hidup. Berbagai jenis makanan yang siap untuk menggoyangkan
lidahku, rasanya perut yang tadinya diam sekarang seakan memanggil untuk
menyuruhku cepat mengambil makanan.
Setelah selesai makan aku duduk
sejenak, lalu aku langsung menemui Serli untuk melanjutkan chatingan dengan Edo seperti malam-malam sebelumnya. Dan pada malam
ini juga ternyata Edo menyatakan perasaannya kepadaku, Edo menyatakan kalau ia
suka padaku. Aku langsung tersentak dengan mulut terbuka yang menandakan kalau aku
benar-benar terkejut. Selama ini aku menganggap Edo hanya sebagai teman dekat
tidak lebih. Akhirnya aku meminta waktu dua hari untuk memikirkan hal ini.
Sepanjang hari aku memikirkan hal itu, Aku menceritakan kejadian itu dengan
semua teman dekatku. Serli yang memang suka sensasi menyarankan agar aku
menerima Edo karena walaupun mereka pacaran Edo juga tidak tinggal di Palembang
melainkan tinggal di Bandung yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalku.
Dua hari tak terasa bagi ku, malam
ini aku harus memutuskan hal yang sangat sulit. Pikiranku tak menentu, antara
iya atau tidak, setelah Serli membuka skype
tak menunggu beberapa lama ternyata Edo sudah menunggu. Ketika Edo menanyakan
bagaimana keputusanku dengan sigap Serli langsung menyambung
“Jadi
bagaimana keputusanmu Ki?”
“Em
aku,”
“Iya
aku mau, eh maksudnya Kiki mau jadi pacar kamu Do” sambung Serli diikuti muka
kaget dariku
Serli
langsung memukul tangaku dengan maksud agar aku menurut saja.
Hubungan kami berjalan seperti air
yang mengalir saja, tak ada rintangan dan halangan dalam hubungan kami.
Sebenarnya aku tidak memiliki perasaan sedikitpun kepada Edo walaupun Edo
adalah cowok yang tampan. Dari dalam hatiku aku ingin mengakhiri hubungan ini.
Namun, teman-temanku tidak mendukung. Hubungan aku dengan Edo membawa dampak
baik bagiku,karena aku bisa mendapatkan teman baru yaitu Rio yang merupakan
teman dekat Edo. Pagi yang indah,
senyuman matahari yang terik, tetesan embun yang jatuh di daun-daun pepohonan,
kicauan burung yang menari mengikuti senangnya hatiku menyambut libur pertamaku
di minggu ini. “kring” handphoneku
berbunyi, dengan cepat aku melangkahkan kaki menuju ranjangku. Ternyata SMS
dari Rio yang berisi bahwa Edo sekarang sedang dalam perjalanan menuju
Palembang untuk bertemu denganku, memang Edo tidak memberitahu kalau ia ingin ke Palembang.
Pikiranku langsung terisi penuh oleh
Edo, Bagaimana Edo sekarang? Dimana ia? Apakah ia baik-baik saja? Pertanyaan
itulah yang dari tadi menyelimuti pikiranku. Tepat pukul 12.00 WIB siang, handphoneku kembali berbunyi dan itu
adalah SMS dari Rio juga yang mengabarkan bahwa Edo kecelakaan dan meninggal. Handphone yang tadi digenggamanku
langsung terjatuh dan aku langsung duduk di atas ranjang dengan perasaan
bersalah yang sangat besar kepada Edo. Tapi, tak ada yang bisa ku dilakukan
kecuali mengikhlaskan kepergian Edo, dan aku berharap Edo mendapatkan tempat
yang layak disisi-Nya.
Sejak kejadian itu aku tidak mau lagi mencari
hal-hal yang baru di jejaring sosial. Apalagi pacaran melalui jejaring sosial.
Sekarang penyesalan yang menyelimutiku. Edo adalah cowok yang baik. Namun,
sebelum Edo meninggal ia pernah berkata bahwa “Jika nanti ia pergi,janganlah
aku melupakannya.” Kata-kata itu yang selalu kuingat hingga kini Edo telah
bahagia bersama yang maha kuasa.
*penulis
adalah siswa kelas
XII IPA 1 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar