Sabtu, 31 Januari 2015

CERPEN


Cinta Chatting
Oleh Maya Febrika Yuliani*


Sinar bulan purnama seakan melihatkan senyumnya, gemerlip bintang menemani sunyinya malamku. Kududuk termenung di antara dua jendela kaca  yang sedang terbuka. Lamunanku terhenti ketika terdengar suara yang menyapaku
“Hey Ki, Kenapa kamu disini”
“Eh kamu Li, kamu mengagetkan aku saja” jawabku sembari mengelus-elus dada.
“Kamu kenapa malam-malam disini?”
“Tidak apa-apa, aku hanya menikmati gemerlip bintang yang seakan menari di langit.”

            Serli adalah teman dekatku di asrama dan di kelas, dia juga adalah teman yang sering mendengar lontaran curhatku dan kami memiliki hobi yang sama yaitu mencari hal yang baru di  media sosial.
“Kenapa kamu kesini Ser?” tanyaku kepada Serli yang saat itu sedang duduk di sampingku
“Aku bosan di kamar, jadi aku kesini. Oh iya Ki, kemarin aku menemukan aplikasi baru di internet, kita coba yuk!”
“Ayo” sembari menyeret tangan Serli keluar kamar asrama.
            Setelah berjalan sebentar akhirnya kami sampai di asrama Serli yaitu asrama D.Serli langsung menuju lemari kecil miliknya untuk mengambil laptop dan aku duduk manis di atas ranjang biru yang dihiasi banyak boneka di sudut ranjang itu yang merupakan tempat tidur Serli. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB malam, aku semakin penasaran sebenarnya aplikasi apa yang baru ditemukan Serli.
“Lama sekali Li, hari sudah malam ni”
“Sebentar Ki, besokkan kita tidak belajar di sekolah” jawab Serli sembari mencari-cari aplikasi yang baru didownloadnya semalam.
            Kebetulan besok adalah hari pertama kami clasmeeting karena setelah seminggu penuh kami menjalani ujian semester, dan keadaan seperti itulah yang sangat ditunggu-tunggu pelajar di Indonesia.
“Nah ini dia aplikasinya”
“Mana,mana” sembari mendekati Serli.
Ternyata nama aplikasi itu adalah skype. Skype ini merupakan aplikasi yang bisa menghubungkan kita dengan orang lain dan langsung bisa melihat wajah orang tersebut. Setelah kami mengotak-atik aplikasi tersebut, akhirnya kami bisa menggunakan aplikasi itu. Jam berdering menunjukkan bahwa sudah pukul 00.00 WIB, tak terasa pinggangku sudah mulai sakit, dan mataku sudah mulai mengantuk. Aku memutuskan untuk tidur di asrama Serli, karena sudah tidak sanggup lagi melangkah keluar.
            Matahari mulai menampakkan sinarnya, tak sabar lagi rasanya bagi aku dan Serli untuk memberitahukan aplikasi yang baru kami temukan kepada Rin dan Emi. Mereka berdua adalah teman sekelas kami dan memiliki hobi yang sama dengan kami, tetapi mereka tidak tinggal di asrama melainkan tinggal di rumah masing-masing. Rin dan Emi sangat antusias mendengarkan cerita Serli yang membuat mereka sangat penasaran. Setiap malam aku dan Serli menggunakan skype, yang membuat kami kadang-kadang tidur jam 02.00 WIB pagi. Keesokan harinya Serli membawa laptopnya ke sekolah untuk memberitahukan aplikasi yang baru mereka temukan kepada Rin dan Emi, pada saat yang bersamaan Emi memberi tahu kalau dia semalam mendapat kawan baru dari jejaring sosial, namanya Edo. Setelah mengetahui bahwa aplikasi yang baru itu adalah skype Emi baru ingat kalau Edo juga mempunyai skype. Sehingga Emi mempunyai rencana untuk mengajak Edo skype-an, dan dia mengajak Rin untuk tidur di asramaku besok malam.
            Malam yang ditunggu-tunggupun tiba. Emi,Rin, dan Serli sangat penasaran dengan cowok yang namanya Edo. Sedangkan aku dengan asiknya membaca novel sambil merebahkan tubuh di kasur berwarna kuniang milikku.
“Kamu kenapa Ki senyum-senyum sendiri” sentak Serli mengagetkanku
“Tidak, ini ceritanya lucu” sembari melontarkan senyuman tipis dari bibir mungilnya.
Setelah beberapa lama menunggu akhirnya mereka bisa melihat langsung wajah Edo. Malam semakin larut, bintang-bintang mulai mengantuk dan bulanpun seakan ingin kembali ketempatnya. Namun, disisi lain  mereka masih asiknya chattingan dengan Edo. Aku yang pada dasarnya memang wanita yang cuek, akupun tidak menghiraukan kelakuan ketiga temanku.
“Ki, sini sebentar” ajak Rin
“Tidak ah”      
“Ah Kiki, ayolah sini!” sembari menghampiri Kiki ke tempat tidurnya
“Apa?” jawabku dengan mengerutkan kening
“Hai” sambung Edo seraya menyapaku
Aku langsung terkejut dan langsung berlari menuju tempat tidurku kembali.
Ketika Edo melihat Kiki, ia merasa jatuh cinta kepada pandangan pertama. Ia bertanya tentang Kiki kepada Serli. Semenjak kejadian malam itu Edo semakin sering menghubungi Serli dengan maksud ingin berbicara dengan Kiki. Melihat keseriusan Edo, aku pun merasa tidak sampai hati jika harus tetap cuek padanya. Maka aku berusaha untuk menghargai Edo dengan berbicara kepadanya dan  setelah berbicara banyak dengan Edo,  aku pun baru tahu kalau Edo adalah orang yang asik.
            Menit berganti menit, jam berganti jam, bahkan hari berganti hari tak terasa sudah seminggu aku berhubungan dengan Edo yang tidak tahu kejelasan kebenarannya. Suatu malam yang dingin aku duduk di bangku kecil berwarna putih dengan lambaian rumput ilalang bergoyang diterpa hembusan angin yang ikut menemani kegundahan hatiku. aku terkejut ketika suara ibu asrama memanggilnya untuk makan malam
“Ki, ayo makan!”
“Oh iya bu”
Kulihat banyak makanan di meja besar tempat aku dan teman-teman biasanya mengisi perut untuk bertahan hidup. Berbagai jenis makanan yang siap untuk menggoyangkan lidahku, rasanya perut yang tadinya diam sekarang seakan memanggil untuk menyuruhku cepat mengambil makanan.
            Setelah selesai makan aku duduk sejenak, lalu aku langsung menemui Serli untuk melanjutkan chatingan dengan Edo seperti malam-malam sebelumnya. Dan pada malam ini juga ternyata Edo menyatakan perasaannya kepadaku, Edo menyatakan kalau ia suka padaku. Aku langsung tersentak dengan mulut terbuka yang menandakan kalau aku benar-benar terkejut. Selama ini aku menganggap Edo hanya sebagai teman dekat tidak lebih. Akhirnya aku meminta waktu dua hari untuk memikirkan hal ini. Sepanjang hari aku memikirkan hal itu, Aku menceritakan kejadian itu dengan semua teman dekatku. Serli yang memang suka sensasi menyarankan agar aku menerima Edo karena walaupun mereka pacaran Edo juga tidak tinggal di Palembang melainkan tinggal di Bandung yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalku.
            Dua hari tak terasa bagi ku, malam ini aku harus memutuskan hal yang sangat sulit. Pikiranku tak menentu, antara iya atau tidak, setelah Serli membuka skype tak menunggu beberapa lama ternyata Edo sudah menunggu. Ketika Edo menanyakan bagaimana keputusanku dengan sigap Serli langsung menyambung
“Jadi bagaimana keputusanmu Ki?”
“Em aku,”
“Iya aku mau, eh maksudnya Kiki mau jadi pacar kamu Do” sambung Serli diikuti muka kaget dariku
Serli langsung memukul tangaku dengan maksud agar aku menurut saja.
            Hubungan kami berjalan seperti air yang mengalir saja, tak ada rintangan dan halangan dalam hubungan kami. Sebenarnya aku tidak memiliki perasaan sedikitpun kepada Edo walaupun Edo adalah cowok yang tampan. Dari dalam hatiku aku ingin mengakhiri hubungan ini. Namun, teman-temanku tidak mendukung. Hubungan aku dengan Edo membawa dampak baik bagiku,karena aku bisa mendapatkan teman baru yaitu Rio yang merupakan teman dekat Edo.        Pagi yang indah, senyuman matahari yang terik, tetesan embun yang jatuh di daun-daun pepohonan, kicauan burung yang menari mengikuti senangnya hatiku menyambut libur pertamaku di minggu ini. “kring” handphoneku berbunyi, dengan cepat aku melangkahkan kaki menuju ranjangku. Ternyata SMS dari Rio yang berisi bahwa Edo sekarang sedang dalam perjalanan menuju Palembang untuk bertemu denganku, memang Edo tidak memberitahu  kalau ia ingin ke Palembang.
            Pikiranku langsung terisi penuh oleh Edo, Bagaimana Edo sekarang? Dimana ia? Apakah ia baik-baik saja? Pertanyaan itulah yang dari tadi menyelimuti pikiranku. Tepat pukul 12.00 WIB siang, handphoneku kembali berbunyi dan itu adalah SMS dari Rio juga yang mengabarkan bahwa Edo kecelakaan dan meninggal. Handphone yang tadi digenggamanku langsung terjatuh dan aku langsung duduk di atas ranjang dengan perasaan bersalah yang sangat besar kepada Edo. Tapi, tak ada yang bisa ku dilakukan kecuali mengikhlaskan kepergian Edo, dan aku berharap Edo mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya.
             Sejak kejadian itu aku tidak mau lagi mencari hal-hal yang baru di jejaring sosial. Apalagi pacaran melalui jejaring sosial. Sekarang penyesalan yang menyelimutiku. Edo adalah cowok yang baik. Namun, sebelum Edo meninggal ia pernah berkata bahwa “Jika nanti ia pergi,janganlah aku melupakannya.” Kata-kata itu yang selalu kuingat hingga kini Edo telah bahagia bersama yang maha kuasa.
*penulis adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar