Dimana
kau, ayah??
Oleh maya febrika yuliani
“Darimana saja kau Nisa?” tanya ibu
dengan nada marah.
“Dari rumah Indah bu” jawab Nisa sambil
menundukkan kepala.
“Ini kan sudah hampir maghrib, cucian di
dapur sudah numpuk, cepat sana cuci!” bentak ibu.
“Iya bu” (langsung berjalan kedapur).
Nisa adalah siswi kelas
VII SMP Tunas Mulia, Kecamatan Jasa Mulia yang terlahir dari pasangan ibu Emi
dan pak Rudi. Dia adalah anak yang baik, dan berbakti kepada kedua orang
tuanya. Sejak kecil dia lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya. Dengan
kelincahannya Nisa dapat menjadi andalan keluarganya, dia sering ikut ayahnya
mencari ikan disungai. Dengan keserdasannya Nisa berfikir untuk mencari uang
demi mengurangi beban orang tuanya, Nisa menyampaikan niatnya tersebut kepada
kedua orang tuanya. Namun, pak Rudi tidak mendukung keinginana Nisa untuk
bekerja. Menurut pak Rudi Nisa masih terlalu kecil untuk ikut merasakan
susahnya mencari rezeki. Ibu Emi setuju dengan keinginan Nisa karena ibu Emi
ssebenarnya tidak menginginkan kehadiran Nisa. Sejak mengandung ibu Emi
menginginkan anak laki-laki karena baginya anak laki-laki dapat bekerja keras
tidak seperti anak perempuan.
Kepatuhan Nisa kepada
kedua orang tuanya dan kepada alla SWT ternyata berdampak baik baginya. Pada saat
Nisa sholat maghrib dikamarnya Nisa menangis tersedu-sedu hingga terdengar ke
telinga ibunya.
“Yaallah aku sayang kedua orang tuaku,
aku ingin membantu mereka, aku ingin meringankan beban meraka walupun aku tau
ibuku tidak menginginkan kehadiranku yaallah tapi aku mohon yaallah sayangilah
mereka. Aku tau sebenarnya ibuku sangat sayang padaku.” Ucap Nisa dengan nada
tersendat-sendat.
Bu Emi yang mendengar do’a Nisa langsung
masuk kekamar dan memeluk Nisa.
“Maafkan ibu nak, ibu sudah salah
menilaimu” kata bu Emi sambil menangis
“tidak apa-apa bu, ibu tidak salah”
jawab Nisa.
Kejadian
itu mengawali terciptanya kerukunan dalam keluarga Nisa. Pak Rudi dan Nisa
selalu pergi bersama tapi pak Rudi pergi ke sungai untuk mencari ikan sedangkan
Nisa pergi kesekolah untuk mencari ilmu. Kesederhanaan keluarga Nisa membuat
hidup mereka bahagia. Disekolah Nisa dikenal sebagai siswi yang berprestasi dan
tidak banyak tingkah. Kepolosannya membuat Ria teman sekelasnya iri. Didepan
Nisa ia selalu bersikap baik namun sebenarnya ia ingin menghancurkan
kebahagiaan Nisa. Sepulangnya dari sekolah Nisa langsung menyusul ayahnya ke
sungai, hati Nisa dengan sungai bagaikan air dan wadahnya. Disaat Nisa sedih,
dan bahagiapun Nisa selalu pergi ke sungai. Dengan lincah ia membantu pak Rudi
menangkap ikan walaupun pekerjaan tersebut sebenarnya tidak pantas dikerjakan
oleh perempuan. Namun Nisa dengan hati riang menjalankannya.
Dengan
gaya yang sederhana Nisa selalu tampil di depan kelas untuk menjadi orang yang
pertama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hingga guru memberikan
tugas kepada mereka yang membuat mereka harus melakukan penelitian ke suatu
daerah tertentu. Ria yang memang mempunyai niat yang jahat kepada Nisa semakin
memiliki kesempatan untuk menghasut Nisa menjadi pribadi yang jauh berbeda dari
Nisa yang dikenal dulu oleh orang lain. Kepolosan Nisa ternyata tergoyahkan
oleh bujukan halus Ria hingga sikap Nisa sangat berbeda dari sebelumnya. Nisa
selalu menjadi anak yang berbakti, ia tidak pernah membantah perintah kedua
orang tuanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Suatu pagi yang indah pak Rudi mengajak Nisa pergi kesungai untuk mencari ikan.
“Nisa” panggil pak Rudi dari teras rumah
“sebentar ayah” jawab Nisa sambil
menghampiri ayahnya
“ayo ikut ayah kesungai” terus pak Rudi
“ Ayah, Nisa itu sudah besar. Nisa malu
dengan teman-teman Nisa jika mereka melihat Nisa sedang mencari ikan disungai”
jawab Nisa dengan nada kesal.
Mendengar
jawaban Nisa pak Rudi dan bu Emi sangat terkejut karena Nisa yang mereka kenal
adalah anak yang periang, patuh, dan selalu ingin ikut ayahnya pergi kesungai.
Jawaban Nisa sangat menusuk hati pak Rudi, selama mencari ikan selama itu pula
ia memikirkan perkataan Nisa. Sakit hati pak Rudi kepada Nisa membuat pak Rudi
tidak sadar kalau ada ombak besar di sekitar perahu pak Rudi yang menyebabkan
perahunya tenggelam. Dilain sisi Nisa pergi kerumah Ria untuk mengerjakan tugas
sekolah. Namun, Nisa mendengar pembicaraan Ria ditelepon yang membuat Nisa
kaget dan terkejut ternyata Ria bermaksud jahat kepadanya. Sambil menangis Nisa
pulang kerumahnya sambil teringat perkataannya kepada ayahnya. Ia tau ayahnya
pasti sakit hati mendengar perkataannya tadi, karena bagi pak Rudi Nisa
merupakan belahan jantungnya yang tidak bisa dipisahkan darinya. Dari kejauhan
terlihat, banyak warga yang berlari kesana-kemari. Rasa penasaran Nisa membuat
ia menghampiri salah satu warga dan bertanya ada apa disana.
“maaf pak, ada pa ya disana?” tanya Nisa
seraya penasaran
“iya nak, ada warga yang menemukan
mayat” jawab salah satu warga
Ternyata mayat tersebut adalah pak Rudi,
ayah Nisa.namun, rasa penasaran tidak membuat Nisa menghampiri orang tersebut.
Ia langsung bergegas pulang kerumah dibenaknya hanya terfikir hanyalah kata
maaf yang akan diucapkannya kepada ayahnya.
“sudah hampir maghrib seperti ini ayah
belum pulang juga bu?” tanya Nisa
“Iya Nis, tidak biasanya ayahmu belum
pulang. Coba kamu tanya denga pak Nanto kemana ayahmu?” perintah bu Emi
“Baik bu” (langsung bergegas kerumah pak
Nanto)
Sepanjang perjalanan menuju rumah pak
Nanto Nisa selalu memikirkan perkatannya yang sangat tidak pantas di ucapkan
seorang anak.
“ini semua salahku” pikir Nisa dalam
hati
Sesampainya di rumah pak Nanto ternyata
pak Nanto sudah pulang dan seharian ini ia tidak melihat ayah. Sambil berlari
Nisa langsung ke sungai
“Ayahhhhhhhhhhhh...ayah dimana?
Ayahhhhhh..Nisa minta maaf ayah Nisa salah.
Ayahhhhhh..ayah dimana? Teriak Nisa
Teriakan Nisa tidak membawa hasil, dia
tidak menemukan ayahnya. Sesampainya dirumah Nisa dikejutkan dengan kehadiran
beberapa warga yang memberi kabar kalau telah ditemukannya mayat seorang
laki-laki, yaitu pak Rudi. Nisa dan ibunya langsung pergi ketempat tersebut,
dilihatnya jasad ayahnya yang terbujur kaku.
“ayahhhhhh bangun ayah. Maafkan Nisa
ayah Nisa sangat menyesal”(sambil mengguncang-guncang tubuh ayahnya
Jasad pak Rudi langsung dibawa
kerumahnya dan langsung diurus proses pemakamannya. Nisa sangat menyesal karena
perkataan terakhir yang diucapkannya kepada ayahnya yang membuat ayahnya
seperti ini. Namun, Nisa sadar kalau kematian itu sudah digariskan oleh sang
maha kuasa. Semua ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Nisa untuk
lebih menjadi pribadi yang lebih baik.
Baca ini yo maya, ini curahan hati dari seseorang yang telah kehilangan ayahnya, hehe
BalasHapushttps://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/08/egon-kehilangan.html