Jumat, 09 Oktober 2015

CERPEN


Dimana kau, ayah??
Oleh maya febrika yuliani

“Darimana saja kau Nisa?” tanya ibu dengan nada marah.
“Dari rumah Indah bu” jawab Nisa sambil menundukkan kepala.
“Ini kan sudah hampir maghrib, cucian di dapur sudah numpuk, cepat sana cuci!” bentak ibu.
“Iya bu” (langsung berjalan kedapur).
Nisa adalah siswi kelas VII SMP Tunas Mulia, Kecamatan Jasa Mulia yang terlahir dari pasangan ibu Emi dan pak Rudi. Dia adalah anak yang baik, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Sejak kecil dia lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya. Dengan kelincahannya Nisa dapat menjadi andalan keluarganya, dia sering ikut ayahnya mencari ikan disungai. Dengan keserdasannya Nisa berfikir untuk mencari uang demi mengurangi beban orang tuanya, Nisa menyampaikan niatnya tersebut kepada kedua orang tuanya. Namun, pak Rudi tidak mendukung keinginana Nisa untuk bekerja. Menurut pak Rudi Nisa masih terlalu kecil untuk ikut merasakan susahnya mencari rezeki. Ibu Emi setuju dengan keinginan Nisa karena ibu Emi ssebenarnya tidak menginginkan kehadiran Nisa. Sejak mengandung ibu Emi menginginkan anak laki-laki karena baginya anak laki-laki dapat bekerja keras tidak seperti anak perempuan.

Kepatuhan Nisa kepada kedua orang tuanya dan kepada alla SWT ternyata berdampak baik baginya. Pada saat Nisa sholat maghrib dikamarnya Nisa menangis tersedu-sedu hingga terdengar ke telinga ibunya.
“Yaallah aku sayang kedua orang tuaku, aku ingin membantu mereka, aku ingin meringankan beban meraka walupun aku tau ibuku tidak menginginkan kehadiranku yaallah tapi aku mohon yaallah sayangilah mereka. Aku tau sebenarnya ibuku sangat sayang padaku.” Ucap Nisa dengan nada tersendat-sendat.
Bu Emi yang mendengar do’a Nisa langsung masuk kekamar dan memeluk Nisa.
“Maafkan ibu nak, ibu sudah salah menilaimu” kata bu Emi sambil menangis
“tidak apa-apa bu, ibu tidak salah” jawab Nisa.
            Kejadian itu mengawali terciptanya kerukunan dalam keluarga Nisa. Pak Rudi dan Nisa selalu pergi bersama tapi pak Rudi pergi ke sungai untuk mencari ikan sedangkan Nisa pergi kesekolah untuk mencari ilmu. Kesederhanaan keluarga Nisa membuat hidup mereka bahagia. Disekolah Nisa dikenal sebagai siswi yang berprestasi dan tidak banyak tingkah. Kepolosannya membuat Ria teman sekelasnya iri. Didepan Nisa ia selalu bersikap baik namun sebenarnya ia ingin menghancurkan kebahagiaan Nisa. Sepulangnya dari sekolah Nisa langsung menyusul ayahnya ke sungai, hati Nisa dengan sungai bagaikan air dan wadahnya. Disaat Nisa sedih, dan bahagiapun Nisa selalu pergi ke sungai. Dengan lincah ia membantu pak Rudi menangkap ikan walaupun pekerjaan tersebut sebenarnya tidak pantas dikerjakan oleh perempuan. Namun Nisa dengan hati riang menjalankannya.
            Dengan gaya yang sederhana Nisa selalu tampil di depan kelas untuk menjadi orang yang pertama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hingga guru memberikan tugas kepada mereka yang membuat mereka harus melakukan penelitian ke suatu daerah tertentu. Ria yang memang mempunyai niat yang jahat kepada Nisa semakin memiliki kesempatan untuk menghasut Nisa menjadi pribadi yang jauh berbeda dari Nisa yang dikenal dulu oleh orang lain. Kepolosan Nisa ternyata tergoyahkan oleh bujukan halus Ria hingga sikap Nisa sangat berbeda dari sebelumnya. Nisa selalu menjadi anak yang berbakti, ia tidak pernah membantah perintah kedua orang tuanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama. Suatu pagi yang indah pak Rudi mengajak Nisa pergi kesungai untuk mencari ikan.
“Nisa” panggil pak Rudi dari teras rumah
“sebentar ayah” jawab Nisa sambil menghampiri ayahnya
“ayo ikut ayah kesungai” terus pak Rudi
“ Ayah, Nisa itu sudah besar. Nisa malu dengan teman-teman Nisa jika mereka melihat Nisa sedang mencari ikan disungai” jawab Nisa dengan nada kesal.
            Mendengar jawaban Nisa pak Rudi dan bu Emi sangat terkejut karena Nisa yang mereka kenal adalah anak yang periang, patuh, dan selalu ingin ikut ayahnya pergi kesungai. Jawaban Nisa sangat menusuk hati pak Rudi, selama mencari ikan selama itu pula ia memikirkan perkataan Nisa. Sakit hati pak Rudi kepada Nisa membuat pak Rudi tidak sadar kalau ada ombak besar di sekitar perahu pak Rudi yang menyebabkan perahunya tenggelam. Dilain sisi Nisa pergi kerumah Ria untuk mengerjakan tugas sekolah. Namun, Nisa mendengar pembicaraan Ria ditelepon yang membuat Nisa kaget dan terkejut ternyata Ria bermaksud jahat kepadanya. Sambil menangis Nisa pulang kerumahnya sambil teringat perkataannya kepada ayahnya. Ia tau ayahnya pasti sakit hati mendengar perkataannya tadi, karena bagi pak Rudi Nisa merupakan belahan jantungnya yang tidak bisa dipisahkan darinya. Dari kejauhan terlihat, banyak warga yang berlari kesana-kemari. Rasa penasaran Nisa membuat ia menghampiri salah satu warga dan bertanya ada apa disana.
“maaf pak, ada pa ya disana?” tanya Nisa seraya penasaran
“iya nak, ada warga yang menemukan mayat” jawab salah satu warga
Ternyata mayat tersebut adalah pak Rudi, ayah Nisa.namun, rasa penasaran tidak membuat Nisa menghampiri orang tersebut. Ia langsung bergegas pulang kerumah dibenaknya hanya terfikir hanyalah kata maaf yang akan diucapkannya kepada ayahnya.
“sudah hampir maghrib seperti ini ayah belum pulang juga bu?” tanya Nisa
“Iya Nis, tidak biasanya ayahmu belum pulang. Coba kamu tanya denga pak Nanto kemana ayahmu?” perintah bu Emi
“Baik bu” (langsung bergegas kerumah pak Nanto)
Sepanjang perjalanan menuju rumah pak Nanto Nisa selalu memikirkan perkatannya yang sangat tidak pantas di ucapkan seorang anak.
“ini semua salahku” pikir Nisa dalam hati
Sesampainya di rumah pak Nanto ternyata pak Nanto sudah pulang dan seharian ini ia tidak melihat ayah. Sambil berlari Nisa langsung ke sungai
“Ayahhhhhhhhhhhh...ayah dimana? Ayahhhhhh..Nisa minta maaf ayah Nisa salah.
Ayahhhhhh..ayah dimana? Teriak Nisa
Teriakan Nisa tidak membawa hasil, dia tidak menemukan ayahnya. Sesampainya dirumah Nisa dikejutkan dengan kehadiran beberapa warga yang memberi kabar kalau telah ditemukannya mayat seorang laki-laki, yaitu pak Rudi. Nisa dan ibunya langsung pergi ketempat tersebut, dilihatnya jasad ayahnya yang terbujur kaku.
“ayahhhhhh bangun ayah. Maafkan Nisa ayah Nisa sangat menyesal”(sambil mengguncang-guncang tubuh ayahnya
Jasad pak Rudi langsung dibawa kerumahnya dan langsung diurus proses pemakamannya. Nisa sangat menyesal karena perkataan terakhir yang diucapkannya kepada ayahnya yang membuat ayahnya seperti ini. Namun, Nisa sadar kalau kematian itu sudah digariskan oleh sang maha kuasa. Semua ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Nisa untuk lebih menjadi pribadi yang lebih baik.

           
             
            

1 komentar:

  1. Baca ini yo maya, ini curahan hati dari seseorang yang telah kehilangan ayahnya, hehe

    https://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2015/08/egon-kehilangan.html

    BalasHapus