Aku
kalah lagi
Oleh maya febrika yuliani
Ku
buka jendela kamarku, terlihat matahari yang cerah yang seakan enggan
menampakkan senyumnya. Butiran embun menutupi dedaunan hijau di samping
kamarku, kicauan burung yang riang seakan ikut menyambut hari libur pertamaku
yang sebelumnya tubuhku merasa lemas ketika harus belajar seminggu penuh. Dari
luar terdengar suara ibu memanggilku
“Nisa ayo kita makan” teriak ibu yang
langsung membuatku tersentak
“Iya sebentar bu, Nisa mandi dulu”
jawabku sembari langsung bergegas menuju kamar mandi.
Setelah
selesai mandi aku langsung menuju meja makan. Terlihat banyak makanan yang siap
untuk menggoyangkan lidahku pagi ini. Dengan lahapnya aku menyantap makanan
tersebut sampai-sampai ibu menegurku
“Nisa kalu makan itu yang benar” kata
ibu yang langsung menghentikanku yang sedang asyik makan
“Iya Nisa” sambung ayah
“hehe iya bu, yah” aku langsung
merapikan posisi dan sikapku.
Mulut yang tadinya kosong kini terisi
penuh dengan makanan, bibir yang tadinya bersih kini menjadi merah dan
berminyak. Nisa memang anak yang pandai dikelasnya, dia juga adalah anak
tunggal jadi wajar jika Nisa terbiasa untuk menjadi yang pertama.
Keesokan
harinya aku kembali beraktivitas seperti biasa, pergi sekolah, belajar,
mengerjakan tugas, hingga pulang sekolah. Disekolah aku menjadi andalan
teman-temanku, aku menjadi anak kesayangan guru-guru karena dari kelas X hingga
kelas XI sekarang aku menjadi juara pertama dikelas. Kalau ada tugas yang tidak
bisa diselesaikan pasti teman-temanku bertanya padaku, hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab kalau aku sangat tidak bisa tersaingi dan menerima
kekalahan. Sepulang dari sekolah aku langsung melanjutkan pelajaran di rumah,
dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Tak
terasa sebentar lagi aku akan melaksanakan ujian kenaikan kelas, aku semakin
giat belajar, walaupun aku selalu menjadi juara dikelas namun aku takut kalau
teman-temanku menjadi juaranya. Dirumah, orang tua ku sangat bangga padaku dan
aku pun selalu dimanja, semua keinginanaku pasti dituruti apa yang aku pinta
pasti diberi. Malam yang indah, bulan separuh dan gemerlip bintang yang
menemani malamku yang sunyi ini. Aku duduk diantara dua jendela kaca yang
terbuka, aku termenung memikirkan apakah aku bisa tetap menjadi juara dikelas?
Lamunanku terhenti ketika terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarku.
“Eh ibu, ada apa bu?” tanyaku sembari
membuka pintu
“Tidak apa-apa, kamu belum tidur?” ibu
balik bertanya
“Belum bu”
“Kenapa? Apa yang kau pikirkan, nak?”
tanya ibu lagi sembari mengajakku menuju tempat tidurku
“Tidak bu. Aku hanya terpikir untuk
ujian kenaikan kelas besok” jawabku
“Oh, Nis yakinlah kalau kamu sudah
berusaha dan kamu sudah berdo’a niscaya kebaikan allah SWT akan datang padamu”
cetus ibu yang sangat menenangkan hatiku
“Iya bu”
“Ya sudah sekarang tidurlah, kan besok
kamu akan ujian” sembari keluar dari kamarku.
Setelah
ibu keluar aku tertegun dan terpikir kalau sekarang aku sudah berusaha. Namun,
aku belum berdo’a kepada sang maha kuasa. Aku langsung menuju kamar mandi untuk
mengambil wudhu. Setelah itu aku langsung sholat dan meminta kepada allah
dengan penuh rasa harap bahwa allah SWT akan mengabulkannya. Pagi ini aku melangkahkan
kaki keluar rumah dengan diiringi lapas “bismillahhirrohmaanirrohim” yang
keluar dari sela bibir mungilku. Aku pergi ke sekolah dengan semangat dan rasa
percaya diri kalau “aku pasti bisa menjawab ujian ini”. Hari-hari berlalu, tak
terasa waktu ujian telah selesai kujalankan. Pada saat pengumuman aku menjadi
juara pertama lagi dikelas dan aku pun naik ke kelas XII. Aku pulang dengan
perasaan gembira tak sabar rasanya diri ini memberitahukan semua pada kedua
orang tuaku, dan tak sabar rasanya aku ingin menikmati liburan bersama
keluargaku.
Setelah
aku dan keluargaku liburan cukup lama, sekarang tibalah saatnya aku kembali ke
sekolah dan menduduki kelas baru yaitu kelas XII. Ku bernyanyi riang menikmati
pagi yang sejuk, suara kendaraan ramai seakan ikut bernyanyi bersamaku.
Ranting-ranting pohon bergoyang menyambut hari pertamaku masuk sekolah, dengan
langkah pelan namun pasti aku memasuki gerbang sekolah. Dari kejauhan tampak
seorang cowok dengan kacamata besar yang melekat diatas hidungnya dan aku belum
pernah melihatnya. “Siapa itu? ah sudalah lebih baik aku kekelas sekarang”
pikirku dalam hati sembari kembali berjalan menuju kelas baruku.
Saat
bel masuk berbunyi tiba-tiba bu Serli, wali kelas kami masuk kelas dengan
diiringi seorang cowok yang tadi kulihat ketika dijalan.
“Anak-anak kita kedatangan teman baru,
ini Rio dia baru pindah kesini ikut ayahnya” jelas bu Serli kepada kami
“Rio duduk disini saja” cetus Didi
sembari menunjuk kursi kosong disampingnya
“Ayo Rio kamu duduk disamping Didi,
anak-anak semoga kalian dapat berteman baik dengan Rio” jawab bu serli sebelum
keluar kelas.
Seiring
berjalannya waktu aku semakin melihat kecerdasan Rio, walaupun Rio anak yang
culun dan pendiam tapi aku tahu kalau Rio adalah anak yang cerdas. Dikelas, aku
bersaing ketat dengan Rio, nilai aku dan Rio selalu sama bahkan ada pelajaran
tertentu yang nilaiku dibawah Rio. “Rio adalah anak yang pandai, aku takut jika
nanti dia akan menjadi juara dikelas ini. Tapi, ah tidak itu tidak mungkin aku
kan lebih pandai dari dia” pikirku dalam hati sembari termenung. Dirumah aku
belajar dengan giat karena sebentar lagi akan ujian semester. Aku terkejut saat
ibu memanggilku dari ruang tamu
“Nisa sini nak”
“Iya bu sebentar” jawabku sambil menuju
ke ruang tamu
“Ada apa bu”
“Bagaimana sekolahmu Nisa?” tanya ayah
sembari meletakkan secangkir kopi yang sudah diminumnya
“Baik ayah, lancar. Ayah, di kelas Nisa
ada anak baru namanya Rio”
“Bagaimana anaknya?” tanya ayah lagi
“Kelihatannya sih anaknya pandai ayah”
jawabku singkat.
Perbincangan
kami terhenti ketika ibu datang dari dapur sambil membawa sepiring kue kecil
yang siap untuk masuk kemulutku.
“Nis kamu sudah belajar? Kan besok kamu
ujian?” tanya ibu
“Sudah bu” jawabku dengan kue yang penuh
didalam mulutku.
Setelah aku selesai makan ibu langsung
menyuruhku untuk tidur, aku pun langsung beranjak dari tempat dudukku dan
menuju ke kamar.
Ku
sambut pagi dengan senyuman dan rasa takutku untuk menghadapi ujian hari ini.
Aku merasa sekarang aku memiliki saingan baru di kelas. Kujalani ujian dengan
tenang. Namun, rasa takut untuk tersingkirkan masih menghantui pikiranku. Di
sisi lain Rio terlihat tenang dan santai dalam menjalankan ujian. Hingga
akhirnya sampailah kami pada hari terakhir ujian. Saat pengumuman, ternyata apa
yang aku takut-takuti menjadi kenyataan.
Ternyata Rio yang menjadi juara pertama dikelasnya dan aku juara kedua. Hal ini
membuatku semakin benci melihat Rio. “ujian kelulusan nanti pokoknya aku harus menjadi
juara pertama dikelas” itulah tekadku yang akan selalu ku ingat.
Tekadku
yang kuat yang membuat aku lebih giat untuk belajar sampai-sampai aku sering
lupa waktu. Di sekolah aku terlihat lemas karena sering tidur larut malam,
sedangkan Rio terlihat segar. Di kelas Rio juga menjadi andalan teman-teman.
Kejadian ini membuatku tambah giat belajar. Apalagi sebentar lagi ujian
kelulusan. Dua hari sebelum ujian aku jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit.
Dokter mengatakan kalau aku harus dioperasi. Sebenarnya hati kecilku berkata
kalau aku tidak mau menjalankan operari apalagi sebentar lagi aku akan ujian.
Tapi itu semua demi kebaikanku, keadaanku mulai membaik 3 hari sesudah operasi
dan itu artinya aku tidak mengikuti jalannya ujian kelulusan. Namun, adanya
kebijakan dari sekolah sehingga aku diperbolahkan menjalani ujian di rumah
sakit.
Dengan
giatnya aku menjalani ujian dan aku berharap aku akan kembali menjadi juara di
kelas, aku yakin semua jawabanku benar. Aku terhenti menjawabnya ketika ibu
memanggilku
“Nis cepat sekali kamu menjawab?” tanya
ibu
“Iya bu, aku yakin semua jawabanku benar
dan aku kembali menjadi juara dikelas” jawabku pada ibu sambil melanjutkan
mengisi lembar jawaban
“Jangan terburu-buru, bagi ibu kamu
lulus saja itu sudah cukup”
“hm, tapi aku tidak hanya ingin sekedar
lulus bu. Aku ingin menjadi juara” jawabku dalam hati sembari cemberut
mendengar perkataan ibu.
Waktu
yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba yaitu saat pengumuman, aku masih tetap
dengan keyakinanku. Dengan sombongnya aku menunggu kabar dari temanku “Ah pasti
aku yang menjadi juara kelas kali ini” pikirku sambil tersrnyum. Saat diumumkan
ternyata Rio yang menjadi juara pertama dikelas, dan aku kembali menjadi juara
kedua. Kekesalanku kepada Rio semakin memuncak.
Pagi
yang cerah dengan keadaanku yang semakin membaik, tiba-tiba ibu masuk kekamar
rawatku
“Nis ada temanmu yang ingin menjengukmu”
“Siapa bu” jawabku
“Ibu tidak tahu tapi anaknya memakai
kacamata”
“Ah itu pasti Rio, mau apa dia kesini.
Suruh masuk saja bu”.
Setelah orang itu masuk
ternyata benar dia adalahRio yang datang dengan membawa sebuah amplop ditangannya.
“Nis ini surat kelulusan kamu, kamu
juara kedua Nis”
“Terus kenapa kalau aku juara kedua,
kamu kesini pasti hanya untuk mengejekku kan?” jawabku dengan nada keras
Rio hanya tersenyum melihat kelakuan
Nisa kepadanya
“Tidak Nis, selain aku ingin memberikan
surat ini. Aku membawa informasi bagimu”
“ah sudalah katakan saja kalau memang
iya kamu kesini hanya untuk mengejekku” cetus Nisa dengan nada semakin marah
Rio kembali membalas
perlakuan Nisa dengan senyuman
“Tidak Nis, kamu di terima di salah satu
universitas di luar negeri Nis. Sebenarnya aku yang diterima di sana dengan
jurusan matematika, tapi aku rasa kamu lebih pandai dariku dibidang itu. jadi
itu kuserahkan padamu”
“Kenapa kamu masih baik padaku? Padahal
aku sangat kesal denganmu sampai-sampai aku mengira kalau kau adalah saingan
terberatku? ” tanyaku
“Sudalah Nis, aku akan kuliah di
universitas yang aku inginkan. Aku tidak menganggapmu sebagai sainganku. Bagiku
sainganku adalah diriku sendiri, jika hari ini aku lebih baik dari kemarin maka
saat itulah aku menang tapi jika hari ini aku lebih buruk dari kemarin maka
saat itulah aku kalah.” Tegas Rio sembari menuju pintu keluar. Jawaban Rio
membuat aku tertegun tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Dan sekarang aku
sadar kalau aku kalah lagi dari Rio, pertama aku kalah karena prestasiku dan
kedua aku kalah karena prinsip yang kuat yang dipegang teguh oleh Rio.
Karya yg bagus maya,
BalasHapusMungkin perlu membaca ini agar lebih meneguhkan prinsip,
https://tokohtokohduniaku.blogspot.co.id/2017/07/motivasi-laut-yang-tak-pernah-mengeluh.html